Pohon kelapa termasuk dalam keluarga (Palmaceae), golongan monocotyledonae yang merupakan tumbuh-tumbuhan daerah tropik dan asli Indonesia.
Adapun sistematika kelapa bisa digolongkan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliosda
Order : Aracales
Family : Areacaeae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
(sumber: http://www.ayushveda.com/herbs/cocos-nucifera.htm)
Keluarga palmae (palem) umumya tidak bercabang dan mempunyai berkas daun yang berbentuk cincin. Daunnya menyirip atau berbentuk kipas dengan pelepah daun yang melebar. Karangan bunga umumnya terletak di ketiak daun dan sering dikelilingi satu atau lebih seludang daun.
Gambar Pohon Kelapa
Pohon kelapa tidak berdahan, pada batangnya kelihatan berkas-berkas dasar daun yang telah jatuh. Daun yang besar-besar beserta buahnya yang bertanda diantaranya pangkal daun hanya terdapat di ujung atas pohon, menghias pohonnya sebagai “mahkota”. Pohon kelapa tumbuh dari satu biji bakal buahnya berongga tiga, tetapi yang tumbuh lurus hanya satu, bentuk buahnya sedikit bulat panjang, bentuk buah tergantung dari varietasnya, ukurannya kira-kira sebesar kepala orang.
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman kelapa membutuhkan syarat:
a. Ketinggian tanah adalah 1 – 900 meter di atas permukaan laut
b. Curah hujan sekitar 100 – 2250 mm/tahun
c. Suhu optimum adalah 25 oC, dengan fluktuasi 6 – 7 oC
d. Kelembaban antara 80 – 90% dan minimal 65%
e. Sinar matahari yang cukup, tidak kelindung dan kebutuhan sinar matahari ini sekitar 120 jam tiap bulan
f. Permukaan air tanah minimal 80 – 100 cm dari permukaan tanah
Bagian-bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya
Adapun bagian-bagian tanaman kelapa dan kegunaannya, sebagai berikut:
a. Sabut (Mesocarp)
Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan berat sabut kelapa. Bagian yang bersabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok, tali dan lain-lain. Selain itu, sabut kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dibuat dengan cara membakar sabut tersebut.
Gambar Sabut Kelapa
Didalam dunia perdagangan, serat sabut kelapa dibedakan dalam 2 golongan besar atas dasar warnanya, yaitu serat sabut putih (white fiber) dan serat sabut cokelat (brown fiber). Serat putih diperoleh dari sabut buah kelapa yang belum masak sedangkan serat cokelat diperloleh dari sabut buah kelapa yang masak.
b. Tempurung (Endicarp)
Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3 – 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2) di tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, 15 – 19% merupakan berat tempurung. Selain itu, tempurung juga banyak mengandung lignin. Sedang kandungan methoxyl dalam tempurung hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Namun, jumlah kandungan unsur-unsur itu bervariasi tergantung lingkungan tumbuhnya. Tempurung kelapa juga dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti tempurung dan karbohidrat aktif, yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas dan uap.
Gambar Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa berfungsi sebagai pelindung daging buah kelapa dari kerusakan akibat pengaruh eksternal. Tempurung kelapa banyak dimanfaatkan orang secara tradisional untuk berbagai jenis bahan pembuatan perabotan seperti gayung, gelas air minum, tatakan gelas atau piring dan aneka kerajinan. Dalam kegiatan sehari-hari, tempurung kelapa biasa digunakan sebagai sumber energi panas, misalnya dalam industri pembuatan tempe atau tahu, pengasapan dalam industri sale pisang dan lain-lain.
c. Daging Buah
Gambar Daging Buah Kelapa
Daging buah adalah jaringan yang berasal dari inti lembaga yang dibuahi sel kelamin jantan dan membelah diri. Daging buah kelapa berwarna putih, lunak dan tebalnya 8 – 10 mm. Daging buah kelapa banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak, baik secara langsung maupun diproses dahulu menjadi kopra. Dimanfaatkannya daging buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan minyak, karena mempunyai kandungan lemak atau minyak yang tinggi.
d. Air Kelapa
Gambar Air Kelapa
Jumlah air kelapa makin berkurang sesuai dengan pertambahan umur buahnya yaitu 18 gr setiap buah sebelum buah berdaging, 30 gr setiap buah muda dan 8 – 10 gr setiap buah yang sudah tua. Demikian pula warna airnya, makin tuia airnya akan makin keruh.
Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging buah yang ada hanya air yang disebut air degan. Air kelapa muda ini rasanya manis, mengandung mineral 4%, gula 2%, abu dan gula. Bila buah makin tua, maka airnya makin kurang manis, perbandingan komposisi kimia air kelapa muda dan tua dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel Komposisi Kimia Air Buah Kelapa
Air kelapa dari buah tua hanya mengandung beberapa vitamin dalam jumlah kecil. Kandungan vitamin C –nya hanya 0.7 – 3.7 mg/100 mg air buah, asam nikotinat 0.64 g/ml, asam panthotenat 0.52 g/ml, biotin 0.02 g/ml, riboflavin 0.01 g/ml dan asam folat hanya 0.003 g/ml. selain itu, air kelapa dari buah yang tua juga mengandung asam amino bebas sebanyak 4.135 g/100 g sisa alkohol. Air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirop, Nata de Coco dan lain-lain.
Nata de Coco
Nata de Coco adalah nama yang mula-mula dikenal di Filiphina untuk menyebut produk olahan yang dibuat dari air kelapa dengan bantuan bakteri pembentuk Nata yaitu Acetobacter xylinum. Nata de Coco merupakan makanan olahan dari sari kelapa ini mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1987. Kata Nata diduga berasal dari bahasa Spanyol, yaitu Nadar yang berarti berengan. Dugaan lain, kata ini berasal dari bahasa Latin “nature” artinya terapung. Sedangkan menurut Rony Palungkun (2001) Nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim (cream). Jadi Nata de Coco adalah krim yang berasal dari air kelapa.
Gambar Nata de Coco
Nata de Coco adalah bahan padat seperti agar-agar tapi lebih kenyal atau seperti kolang-kaling, tetapi lembek, berwarna putih transparan. Sejenis makanan penyegar atau pencuci mulut dan dapat dicampur ke dalam eskrim, fruit coctail, yoghurt dan sebagainya. Walau produk ini belum diekspor, pasaran domestiknya cukup baik. Saat ini Nata de Coco sudah banyak dijual di toko serba ada maupun toko-toko lain di kota besar, sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat Nata de Coco menjadi salam satu komoditi eksport mengikuti jejak produk-produk olahan kelapa lainnya.
Adapun cara pembuatan nata de coco sebagai berikut:
Tabel Kandungan Nutrisi per 100 gram Bahan
Produk Olahan Air Kelapa
Air kelapa adalah bahan baku utama pembuatan Nata de Coco, sebaliknya air kelapa yang digunakan berasal dari buah kelapa hijau yang matang. Air kelapa yang digunakan harus murni tidak bercampur dengan air maupun kotoran, namun tidak harus selalu dalam keadaan segar (air kelapa baru). Buktinya air kelapa yang telah disimpan selama dua hari renalemannya (persentasi Nata yang diperoleh dibandingkan dengan air kelapa yang digunakan) justru lebih tinggi (75.01%) dari air kelapa segar. Nata termasuk produk hasil fermentasi, biang yang digunakan adalah bakteri Acetobacter xylinum jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula (seperti air kelapa), bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan cari tersebut.
Bakteri ini membentuk masa yang kokoh dan dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri ini sendiri terperangkap dalam masa yang dibuatnya.
Menurut Pratiwi et al., 2004 adapun pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut:
Pembuatan Nata de Coco yaitu pemanfaatan sumber gula sebagai sumber tenaga, sebagian gula disintetis menjadi selulosa atau Nata, sebagian gula diuraikan menjadi asam cuka yang menurunkan derajat keasaman (pH) medium sampai 3.0 – 2.5 sehingga medium semakin asam. Untuk dapat menghasilkan masa yang kokoh, kenyal, tebal putih, dan tembus pandang, diperlukan suhu inkubasi (pemeraman) komposisi, dan derajat keasaman (pH) media.
Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk Nata adalah Acetobacter xylinum yang termasuk genus Acetobacter yang mempunyai ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif, bersifat aerobik dan merupakan asam asetat.
Gambar Acetobacter xylinum
Adapun klasifikasi dari Acetobacter xylinum adalah:
Divisi : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan pada medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan “Selulosa ekstraselluler”. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan atau “over oxydizer”, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat menjadi CO2 dan H2O.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan tampak, ukuran bakteri berkisar antara panjang 0.5 – 10 ? dan lebar 0.5 – 2.5 ? tergantung dari jenisnya (? = 1 mikron = 0.001 mm). Bakteri hidup secara tradisional kosmopolit baik di udara, tanah, air, bahan makanan, tubuh manusia, dan tumbuhan.
Variasi bentuk bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahan, umur dan syarat pertumbuhan tertentu, misalnya makanan, suhu dan keadaan yang tidak menguntungkan bagi bakteri, bentuk bakteri terdiri dari; bakteri batang (silindris), bentuk bulat (kokus), bentuk spiral (spirilum). Sedangkan struktur sel bakteri ada flagella, dinding sel, membran sel, kapsul, DNA pada daerah nukleus dan ribosom (Pratiwi et al., 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Ansori Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi Industrial. Penerbit Arcan. Jakarta
Dwidjosaputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang
Michael J.P., Pelczar C., Merna Foss. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Suhardiman. 1994. Bertanam Kelapa Hybrida. Penebar Swadaya. Bogor
Suparman Natawijaya. 2005. Mengenal Buah-buahan yang bergizi. Pustaka Dian. Bandung
Rina dan Rahma. 2003. Biologi Terapan II. FKIP Universitas Siliwangi
Rony Palungkun. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Bogor
Saragih. 2004. Membuat Nata de Coco. Puspa Swara. Jakarta
Sumartono. 1978. Kelapa. Bumirestu. Jakarta
Taufiq Rusdi. 1986. Kelapa Menanam dan Mengolah Hasilnya. Badan Penerbit Karya Bani. Jakarta
Toni Luqman Lutony. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Bogor
Wahyudi. 2004. Memproduksi Nata de Coco. Departemen Pendidikan Nasional. Sukabumi
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Agromedia Pustaka. Jakarta
Viviani dan Budi Noegroho. 1990. Teknologi Pasca Panen dan Industri Rumah Tangga (Suatu Rangkuman). Mahkota. Jakarta
Adapun sistematika kelapa bisa digolongkan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliosda
Order : Aracales
Family : Areacaeae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
(sumber: http://www.ayushveda.com/herbs/cocos-nucifera.htm)
Keluarga palmae (palem) umumya tidak bercabang dan mempunyai berkas daun yang berbentuk cincin. Daunnya menyirip atau berbentuk kipas dengan pelepah daun yang melebar. Karangan bunga umumnya terletak di ketiak daun dan sering dikelilingi satu atau lebih seludang daun.
Gambar Pohon Kelapa
Pohon kelapa tidak berdahan, pada batangnya kelihatan berkas-berkas dasar daun yang telah jatuh. Daun yang besar-besar beserta buahnya yang bertanda diantaranya pangkal daun hanya terdapat di ujung atas pohon, menghias pohonnya sebagai “mahkota”. Pohon kelapa tumbuh dari satu biji bakal buahnya berongga tiga, tetapi yang tumbuh lurus hanya satu, bentuk buahnya sedikit bulat panjang, bentuk buah tergantung dari varietasnya, ukurannya kira-kira sebesar kepala orang.
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman kelapa membutuhkan syarat:
a. Ketinggian tanah adalah 1 – 900 meter di atas permukaan laut
b. Curah hujan sekitar 100 – 2250 mm/tahun
c. Suhu optimum adalah 25 oC, dengan fluktuasi 6 – 7 oC
d. Kelembaban antara 80 – 90% dan minimal 65%
e. Sinar matahari yang cukup, tidak kelindung dan kebutuhan sinar matahari ini sekitar 120 jam tiap bulan
f. Permukaan air tanah minimal 80 – 100 cm dari permukaan tanah
Bagian-bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya
Adapun bagian-bagian tanaman kelapa dan kegunaannya, sebagai berikut:
a. Sabut (Mesocarp)
Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan berat sabut kelapa. Bagian yang bersabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok, tali dan lain-lain. Selain itu, sabut kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dibuat dengan cara membakar sabut tersebut.
Gambar Sabut Kelapa
Didalam dunia perdagangan, serat sabut kelapa dibedakan dalam 2 golongan besar atas dasar warnanya, yaitu serat sabut putih (white fiber) dan serat sabut cokelat (brown fiber). Serat putih diperoleh dari sabut buah kelapa yang belum masak sedangkan serat cokelat diperloleh dari sabut buah kelapa yang masak.
b. Tempurung (Endicarp)
Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3 – 5 mm. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat (SiO2) di tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa, 15 – 19% merupakan berat tempurung. Selain itu, tempurung juga banyak mengandung lignin. Sedang kandungan methoxyl dalam tempurung hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Namun, jumlah kandungan unsur-unsur itu bervariasi tergantung lingkungan tumbuhnya. Tempurung kelapa juga dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti tempurung dan karbohidrat aktif, yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas dan uap.
Gambar Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa berfungsi sebagai pelindung daging buah kelapa dari kerusakan akibat pengaruh eksternal. Tempurung kelapa banyak dimanfaatkan orang secara tradisional untuk berbagai jenis bahan pembuatan perabotan seperti gayung, gelas air minum, tatakan gelas atau piring dan aneka kerajinan. Dalam kegiatan sehari-hari, tempurung kelapa biasa digunakan sebagai sumber energi panas, misalnya dalam industri pembuatan tempe atau tahu, pengasapan dalam industri sale pisang dan lain-lain.
c. Daging Buah
Gambar Daging Buah Kelapa
Daging buah adalah jaringan yang berasal dari inti lembaga yang dibuahi sel kelamin jantan dan membelah diri. Daging buah kelapa berwarna putih, lunak dan tebalnya 8 – 10 mm. Daging buah kelapa banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak, baik secara langsung maupun diproses dahulu menjadi kopra. Dimanfaatkannya daging buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan minyak, karena mempunyai kandungan lemak atau minyak yang tinggi.
d. Air Kelapa
Gambar Air Kelapa
Jumlah air kelapa makin berkurang sesuai dengan pertambahan umur buahnya yaitu 18 gr setiap buah sebelum buah berdaging, 30 gr setiap buah muda dan 8 – 10 gr setiap buah yang sudah tua. Demikian pula warna airnya, makin tuia airnya akan makin keruh.
Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging buah yang ada hanya air yang disebut air degan. Air kelapa muda ini rasanya manis, mengandung mineral 4%, gula 2%, abu dan gula. Bila buah makin tua, maka airnya makin kurang manis, perbandingan komposisi kimia air kelapa muda dan tua dapat dilihat pada tabel 2.1.
Air kelapa dari buah tua hanya mengandung beberapa vitamin dalam jumlah kecil. Kandungan vitamin C –nya hanya 0.7 – 3.7 mg/100 mg air buah, asam nikotinat 0.64 g/ml, asam panthotenat 0.52 g/ml, biotin 0.02 g/ml, riboflavin 0.01 g/ml dan asam folat hanya 0.003 g/ml. selain itu, air kelapa dari buah yang tua juga mengandung asam amino bebas sebanyak 4.135 g/100 g sisa alkohol. Air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirop, Nata de Coco dan lain-lain.
Nata de Coco
Nata de Coco adalah nama yang mula-mula dikenal di Filiphina untuk menyebut produk olahan yang dibuat dari air kelapa dengan bantuan bakteri pembentuk Nata yaitu Acetobacter xylinum. Nata de Coco merupakan makanan olahan dari sari kelapa ini mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1987. Kata Nata diduga berasal dari bahasa Spanyol, yaitu Nadar yang berarti berengan. Dugaan lain, kata ini berasal dari bahasa Latin “nature” artinya terapung. Sedangkan menurut Rony Palungkun (2001) Nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim (cream). Jadi Nata de Coco adalah krim yang berasal dari air kelapa.
Gambar Nata de Coco
Nata de Coco adalah bahan padat seperti agar-agar tapi lebih kenyal atau seperti kolang-kaling, tetapi lembek, berwarna putih transparan. Sejenis makanan penyegar atau pencuci mulut dan dapat dicampur ke dalam eskrim, fruit coctail, yoghurt dan sebagainya. Walau produk ini belum diekspor, pasaran domestiknya cukup baik. Saat ini Nata de Coco sudah banyak dijual di toko serba ada maupun toko-toko lain di kota besar, sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat Nata de Coco menjadi salam satu komoditi eksport mengikuti jejak produk-produk olahan kelapa lainnya.
Adapun cara pembuatan nata de coco sebagai berikut:
Produk Olahan Air Kelapa
Air kelapa adalah bahan baku utama pembuatan Nata de Coco, sebaliknya air kelapa yang digunakan berasal dari buah kelapa hijau yang matang. Air kelapa yang digunakan harus murni tidak bercampur dengan air maupun kotoran, namun tidak harus selalu dalam keadaan segar (air kelapa baru). Buktinya air kelapa yang telah disimpan selama dua hari renalemannya (persentasi Nata yang diperoleh dibandingkan dengan air kelapa yang digunakan) justru lebih tinggi (75.01%) dari air kelapa segar. Nata termasuk produk hasil fermentasi, biang yang digunakan adalah bakteri Acetobacter xylinum jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula (seperti air kelapa), bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan cari tersebut.
Bakteri ini membentuk masa yang kokoh dan dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri ini sendiri terperangkap dalam masa yang dibuatnya.
Menurut Pratiwi et al., 2004 adapun pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut:
Pembuatan Nata de Coco yaitu pemanfaatan sumber gula sebagai sumber tenaga, sebagian gula disintetis menjadi selulosa atau Nata, sebagian gula diuraikan menjadi asam cuka yang menurunkan derajat keasaman (pH) medium sampai 3.0 – 2.5 sehingga medium semakin asam. Untuk dapat menghasilkan masa yang kokoh, kenyal, tebal putih, dan tembus pandang, diperlukan suhu inkubasi (pemeraman) komposisi, dan derajat keasaman (pH) media.
Acetobacter xylinum
Bakteri pembentuk Nata adalah Acetobacter xylinum yang termasuk genus Acetobacter yang mempunyai ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif, bersifat aerobik dan merupakan asam asetat.
Gambar Acetobacter xylinum
Adapun klasifikasi dari Acetobacter xylinum adalah:
Divisi : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan pada medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan “Selulosa ekstraselluler”. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan atau “over oxydizer”, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat menjadi CO2 dan H2O.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan tampak, ukuran bakteri berkisar antara panjang 0.5 – 10 ? dan lebar 0.5 – 2.5 ? tergantung dari jenisnya (? = 1 mikron = 0.001 mm). Bakteri hidup secara tradisional kosmopolit baik di udara, tanah, air, bahan makanan, tubuh manusia, dan tumbuhan.
Variasi bentuk bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahan, umur dan syarat pertumbuhan tertentu, misalnya makanan, suhu dan keadaan yang tidak menguntungkan bagi bakteri, bentuk bakteri terdiri dari; bakteri batang (silindris), bentuk bulat (kokus), bentuk spiral (spirilum). Sedangkan struktur sel bakteri ada flagella, dinding sel, membran sel, kapsul, DNA pada daerah nukleus dan ribosom (Pratiwi et al., 2004).
Ansori Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi Industrial. Penerbit Arcan. Jakarta
Dwidjosaputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang
Michael J.P., Pelczar C., Merna Foss. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Suhardiman. 1994. Bertanam Kelapa Hybrida. Penebar Swadaya. Bogor
Suparman Natawijaya. 2005. Mengenal Buah-buahan yang bergizi. Pustaka Dian. Bandung
Rina dan Rahma. 2003. Biologi Terapan II. FKIP Universitas Siliwangi
Rony Palungkun. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Bogor
Saragih. 2004. Membuat Nata de Coco. Puspa Swara. Jakarta
Sumartono. 1978. Kelapa. Bumirestu. Jakarta
Taufiq Rusdi. 1986. Kelapa Menanam dan Mengolah Hasilnya. Badan Penerbit Karya Bani. Jakarta
Toni Luqman Lutony. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Bogor
Wahyudi. 2004. Memproduksi Nata de Coco. Departemen Pendidikan Nasional. Sukabumi
Warisno. 2004. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Agromedia Pustaka. Jakarta
Viviani dan Budi Noegroho. 1990. Teknologi Pasca Panen dan Industri Rumah Tangga (Suatu Rangkuman). Mahkota. Jakarta
No comments:
Post a Comment